Kamu sekalian suka
berbicara dengan orang lain saja. Mengapa dengan diri sendiri tidak mau
bicara?
Pendapat diri orang lain saja kamu pakai. Pendapat dirimu sendiri tidak kamu percaya? Kamu sekalian suka memandang wajah orang lain. Wajah kamu sendiri mengapa tidak mau dikenal? Kamu suka melihat diri-diri yang cantik. Diri kamu sendiri yang sangat cantik dan elok tidak mau kamu melihatnya? Semua kembali ke diri. Ungkaplah kerahasiaan diri ini. Diri yang mana? Jangan bicara saja mengenal diri, tetapi diri yang tiada berdaging--tiada bertulang--tiada ber-ibu--tiada berbapak--tiada mati: hidup tidak dengan nyawa; tidak mau dikenal. |
Peringatan keras:
Yang dimaksud diri sejati ini bukan Diri Tuhan.
Keputusan tauhid tetap: tiada makhluk yang bisa setara dengan Tuhan apalagi menjadi Tuhan.
Prinsip hulul dan ittihad itu haram dan sesat!
Dan dari Wabishah bin Ma’bad ra berkata, ‘Aku datang kepada Rasulullah saw., maka beliau bersabda, “Apakah engkau datang untuk bertanya tentang kebaikan?” Aku menjawab, “Benar, wahai Rasulullah.” Lalu beliau bersabda, “Mintalah fatwa kepada hatimu sendiri. Kebaikan adalah apa yang karenanya jiwa dan hati menjadi tentram. Dan dosa adalah apa yang mengusik jiwa dan meragukan hati, meskipun orang-orang memberikan fatwa kepadamu dan mereka membenarkannya.” (Ahmad dan Darimi)
Yang dimaksud diri sejati ini bukan Diri Tuhan.
Keputusan tauhid tetap: tiada makhluk yang bisa setara dengan Tuhan apalagi menjadi Tuhan.
Prinsip hulul dan ittihad itu haram dan sesat!
Dan dari Wabishah bin Ma’bad ra berkata, ‘Aku datang kepada Rasulullah saw., maka beliau bersabda, “Apakah engkau datang untuk bertanya tentang kebaikan?” Aku menjawab, “Benar, wahai Rasulullah.” Lalu beliau bersabda, “Mintalah fatwa kepada hatimu sendiri. Kebaikan adalah apa yang karenanya jiwa dan hati menjadi tentram. Dan dosa adalah apa yang mengusik jiwa dan meragukan hati, meskipun orang-orang memberikan fatwa kepadamu dan mereka membenarkannya.” (Ahmad dan Darimi)
.
No comments:
Post a Comment