وَإِذْ أَخَذَ
رَبُّكَ مِن بَنِي آدَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰ
أَنفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَا ۛ أَن تَقُولُوا
يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَافِلِينَ [٧:١٧٢]
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", [Q.S. Al-A`raf:172] |
Ruhani sudah Esa dengan Tuhan. Jangan
sampai jasad tidak esa dengan Tuhan, ruhani akan menuntut.
"Itulah kamu jasad, kebinasaan kamu itu karena kamu tidak mau mengenal aku ini ruhmu. Ruh yang sudah diberi tahu Tuhan sebagai wa fii anfusikum afalaa tubsirun [Q.S. Adz-Dzariyaat:21]. Karena kamu tidak kenal aku ada pada dirimu juga, bagaimanalah aku akan memberi petunjuk Tuhan padamu? Kamu tidak kenal." "Karena kamu tidak kenal, setan-Iblis yang memberimu petunjuk. Kamu kira itu dari Tuhan. Kalau sudah begini, binasalah kau jasad. Aku juga merasakan." "Kalau kamu kenal aku ini, kamu akan tahu mana yang dari setan-Iblis dan dari makhluk-makhluk lainnya dan kamu akan tahu yang dari aku itu dari Allah. Maka kau kenalilah wa fii anfusikum ini. Sudah berapa lama aku bersama manusia, tapi sedikit sekali manusia yang mau kenal dengan aku." "Sejak kau lahir sampai mendekat akhir hayat, tidak ada sekali kamu mau mengenal aku. Jika kaurasakan kesedihanku akan kamu, hai jasad, mungkin kamu tidak akan berhenti menangis saat ini juga. Apalah artinya hidup bersama-sama di dunia yang fana ini jika di alam barzakh dan alam baqa kita bercerai. Hendaklah bersama-sama juga." "Tuhan sudah memberi tahu, wa huwa ma`akum ainama kuntum: di mana kamu, di situ Aku [Q.S. Al-Hadiid:4]. Berarti kita berdua tidak boleh bercerai dan tidak ada ingat-mengingat. Jagalah, ingat itu bukan dekat, melainkan jauh. Bahkan Tuhan menjelaskan lagi, kita berdua ini tidak ada antara. Kalau urat lehermu itu dekat dengan kamu, aku terlebih dekat lagi dengan kamu." "Berarti kamu dengan aku; aku dengan kamu itu sudah esa. Satu. Bukan bersatu, bukan menyatu, melainkan Satu. Tidak ada antara lagi. Pahamilah hikmah ini dan selidikilah pengertian satu ini. "Aku selalu mengingatkan jasad, tetapi kebanyakan jasad berkehendak terus dengan nafsu. Tetapi aku menghendaki aku dengan jasadku tidak bercerai. Jasad saja yang suka bercerai denganku karena jasad mengikuti kehendak nafsu, bukannya dengan kehendak ruhani." Ini sekadar kisah yang ada dalam Kitab Kasyfu Raibiyah. Perlu diketahui dan diselidiki makna hakiki kisah ini. |
Syaikh
Siradj
.
No comments:
Post a Comment