Islam itu berisi :

Islam itu berisi :

Friday, January 29, 2016

16. Dalil Sifat 20 | Kitab Nurul Jalaal Fii Makrifatil Ilaahi Dzul Jalaal


Perincian tentang Dua Puluh Sifat Allah berdasarkan Kitab Nurul Jalaal fii Makrifatil Ilahi Dzul Jalaal yang selesai disusun pada 1346 H oleh Syaikh Asahan, Imam Besar Masjidil Haram untuk bidang Tauhid. Jangan salah paham tentang Sifat 20 ini, bukan berarti Sifat Tuhan itu hanya 20 saja. Sifat Tuhan tidak terhingga banyaknya, tetapi cukup dengan mengetahui 20 Sifat yang ada disebutkan di dalam Quran itu dapatlah kita mengenal Allah. Mana Sifat-Sifat Allah yang ada dalam Quran itu?

1)    Sifat Wujud: dalilnya Q.S. As-Sajadah: 4;
2)    Sifat Qidam: dalilnya Q.S. Al-Hadid: 3;
3)    Sifat Baqa: dalilnya Q.S. Al-Qashash: 88;
4)    Sifat Mukhalafah: dalilnya Q.S. As-Syu`ara: 11;
5)    Sifat Qiyamuhu: dalilnya Q.S. Muhammad: 38;
6)    Sifat Wahdaniah: dalilnya Q.S. Al-Ikhlas: 1;
7)    Sifat Qudrat: dalilnya Q.S. Al-Baqarah: 109;
8)    Sifat Iradat: dalilnya Q.S. Yasin: 82;
9)    Sifat Ilmu: dalilnya Q.S. Al-Mujadalah: 7;
10) Sifat Hayat: dalilnya Q.S. Al-Baqarah: 255;
11) Sifat Sama`: dalilnya Q.S. An-Nisa: 148;
12) Sifat Bashar: dalilnya Q.S. Al-Hajj: 75;
13) Sifat Kalam: dalilnya Q.S. An-Nisa: 164;
14) Sifat Qadirun: dalilnya sama dengan Sifat Qudrat;
15) Sifat Muridun: dalilnya sama dengan Sifat Iradat;
16) Sifat `Alimun: dalilnya sama dengan Sifat Ilmu;
17) Sifat Hayyun: dalilnya sama dengan Sifat Hayat;
18) Sifat Sami`un: dalilnya sama dengan Sifat Sama`;
19) Sifat Bashirun: dalilnya sama dengan Sifat Bashar;
20) Sifat Mutakalimun: dalilnya sama dengan Sifat Kalam.


Kedua puluh Sifat Wajib itu di dalamnya terkandung bermacam-macam Nama,
1. Dinamai Sifat Kamalat atau Kemuliaan Tuhan. Sekaian Sifat 20 itulah dinamai Sifat Kamalat.
2. Dinamai Sifat Hal Nafsiyah, yaitu tentan Diri. Dalam Sifat Nafsiyah ini hanya Sifat Wujud saja. Selain dari Sifat Wujud, tidak ada.
3. Sifat Salbiyah, yang termasuk Sifat Salbiyah ini hanya lima, yakni
  1. Qidam,  
  2. Baqa,  
  3. Mukhalafah,  
  4. Qiyamuhu,  
  5. Wahdaniyah.

4. Sifat Ma`ani, yang termasuk Sifat Ma`ani ada tujuh, yakni
  1. Qudrat, 
  2. Iradat, 
  3. Ilmu, 
  4. Hayat, 
  5. Sama`,  
  6. Bashar, 
  7. Kalam.


Sifat Maknawiyah ada 7, yakni
  1. Qadirun;
  2. Muridun;
  3. `Alimun;
  4. Hayyun;
  5. Sami`un;
  6. Basihrun;
  7. Mutakalimun.


Sifat Idrak, artinya Mengetahui
  1. Ilmu
  2. Sama
  3. Bashar


Sifat Ta`sir
  1. Qudrat;
  2. Iradat;
  3. Ilmu;
  4. Hayat.


Sifat Istirna, artinya Kaya, yang tergolon sifat ini ada 11, yakni
  1. Wujud;
  2. Qidam;
  3. Baqa;
  4. Mukhalafah;
  5. Qiyamuhu;
  6. Sama`;
  7. Bashar;
  8. Kalam;
  9. Sami`un
  10. Bashirun
  11. Mutakalimun


Sifat Kaya-nya Allah tidak ada berhajat kepada makhluk dan tidak berkeperluan kepada apa pun. Kamu taat, Allah tidak beruntung; kamu tidak taat, Allah tidak merugi karena Tuhan bersifat Kaya, tidak bersifat kekurangan. Karena Tuhan Kaya, Dia tidak mengambil faidah atas taatnya makhluk dan tidak juga menjadi kerugian atas tidak taatnya makhluk. Baik yang dikerjakan makhluk, baik juga yang didapatnya. Buruk yang dikerjakan makhluk, buruk juga yang didapatnya.

Sifat Iftikhar artinya Sifat Dibutuhkan. Maksudnya berkehendak dan berhajat sekalian makhluk kepada Tuhan. Sifat ini dinamai Sifat Iftikhar karena baharu alam berkeperluan kepada Tuhan. Dari sifat ini kita mengetahui bahwa Tuhan itu tidak ada berhajat kepada makhluk. Sebaliknya, makhluk berkeperluan kepada Tuhan.
  1. Wahdaniyah;
  2. Qudrat;
  3. Iradat;
  4. Ilmu;
  5. Hayat;
  6. Qadirun`;
  7. Muridun;
  8. `Alimun;
  9. Hayyun



Perlu juga kita mengetahui yang harus pada Zat Allah Swt. Hanya satu macam yang harus pada Zat Allah itu, yakni Tuhan mungkin menjadikan atau mungkin juga tidak menjadikan. Tuhan boleh meng-ada-kan, boleh juga tidak meng-ada-kan. Arti meniadakan juga berarti menghabiskan atau membinasakan.

Segala yang belum di-ada-kan Tuhan, itulah yang disebut harus. Seperti kita sekarang ini, sebelum kita ada bernama mungkin yang belum ada. Maka Tuhan mengadakan kita. Tuhan meng-ada-kan kita ini namanya Tuhan meng-ada-kan yang mungkin. Jadi hukumnya harus bagi Tuhan, bukan wajib. Kita boleh di-ada-kan Tuhan dan boleh juga tidak di-ada-kan Tuhan.

Bukan ibu-bapak yang membuat kita ada karena Nabi Adam a.s. tidak ada ibu-bapaknya. Siti Hawa tidak ada ibunya, Nabi Isa a.s. tidak ada bapaknya.

Ada juga orang bersuami-istri bertahun-tahun tidak mempunyai anak. Ada juga orang bersuami-istri mempunyai anak. Namun, anaknya itu dijadikan oleh Tuhan, bukan oleh suami-istri tadi karena banyak juga anak yang lahir dalam keadaan yang tidak diinginkan oleh ibu-bapaknya, seperti terlahir cacat atau buruk rupa. Anak yang cacat atau buruk itu, ibu-bapaknya tidak bisa menggantikan atau tidak bisa mencari gantinya. Kalau anak-anak yang dilahirkan itu karena kemauan ibu-bapaknya, pasti semua anak di dunia ini terlahir normal dan cantik-cantik-tampan-tampan; tidak ada yang cacat atau buruk rupa. Inilah nyata bahwa menjadikan itu bagi Tuhan sifatnya harus/boleh jadi, bukan wajib.


Kemauan kita dengan kemauan Tuhan tidak bisa sama. Kalau kita ikut nafsu kita, itulah li nafsu. Ikutlah kemauan Tuhan, maka disukai Tuhan: tepat waktu. Kalau kemauan kita kita bawa di dalam ibadah, dikatakan niat tidak ikhlas karena kemauan kita li nafsu. Nafsunya yang beribadah.

Ibadah yang seperti itulah yang dipukulkan kembali pada diri orang yang beribadah itu. Karena dia beribadah secara li nafsu, bukan lillahi ta`ala. Padahal setiap lilllahi ta`ala musti billahi ta`ala. Kalau sudah lillahi ta`ala, tidak ada campur nafsu lagi. Jangan dikira yang disebut ibadah itu tidak bisa membinasakan diri kita sendiri.


Beginilah halusnya tauhid dalam menilai lillahi ta`ala. Ibadah yang disukai Tuhan: tepat waktu. Kalau sudah masuk waktu lalu masih "sebentar lagi-sebentar lagi", itu kalau kemudian dia beribadah sudah dengan niat yang tidak ikhlas. Ada juga yang ujung-ujungnya malah tidak jadi beribadah. Ayolah, kita ubah cara-cara seperti ini. Jangan dibiasakan. Bikin gemuk setan saja.

Padahal setiap lilllahi ta`ala musti billahi ta`ala.

— Syaikh Siradj —

.

2 comments:

  1. Soalan saya, kenpa ulama susun atau himpun sifat-sifat itu sebagai istighna dan iftikor?

    ReplyDelete