Kalau berjalan itu, sampai dulu baru pulang.
Jangan baru setengah jalan sudah pulang. Berarti tidak sampai.
Dalam berjalan ke pasar, misalnya, lurus terus ke arah pasat, jangan belok ke lain. Mana bisa sampai ke pasar. Begitulah juga dalam belajar. Kalau sudah belajar mengenai ketuhanan, lurus saja. Kalau berbelok. Sampai kiamat takkan sampai ke Tuhan. Contoh: mengamalkan ini-itu, zikir ini-itu biar bisa jadi sakti, bisa lihat ini-itu, biar kebal, biar disukai atasan atau lawan jenis. Dikiranya betul, padahal tersalah. Karena yang dikerjakannya itu kesyirikan. Inilah yang dikatakan,"Hal salah banyak yang tahu, tapi tersalah banyak yang tidak tahu." Maka jangan heran beramal tapi tidak berhasil atau tidak men-"jadi" juga. Syaikh Abdul Qadir al-Jailani baca surah Yasin bisa terbang di atas tikar shalat (sajadah). Itu beliau. Lha.. kamu sudah berapa belas tahun baca Yasin, sudah bisa terbang belum? Rasulullah mengangkat tangan, dari jemari beliau keluar air. Kalau kita mengankat tangan, sampai kiamat takkan keluar airnya. Bau ketek yang ada. Jangan salah paham. Itu Rasulullah, kita ini bukan rasul, kita ini kelas umat.
Kita menyebut "Allah". Yang kita
sebut itu Nama (Asma; Ismu Zat). Maka dalam menyebut "Allah",
jangan lahir-batin kekal kepada Asma yang disebut itu. Karena
"Allah" itu hanya Nama, bukan Diri Allah.
Nama dengan Yang Punya Nama tidak becerai. "Allah" itu Nama-Nya. Yang Punya Nama itu siapa? Zat. [Ismu Zat] Kekallah dengan Yang Punya Nama. Inilah takrif zikir. Inilah yang mesti dilakukan. Kekalkan pada takrifnya. Artinya, ketika berzikir "Allah..Allah" itu, bukan Nama yang kita maksud, melainkan Yang Punya Nama. Contoh kasus: Ada orang berzikir-zikir lalu menangis. Ditanya kenapa menangis? Karena lihat orang yang disiksa di neraka, katanya. PEMBOHONG! Berarti dia sudah menyimpang dari tujuan semula. Maka, jangan terpengaruh dengan amal-amal dan jangan terpengaruh dengan yang terpandang-pandang ketika beramal. Surga itu semata-mata rahmat/karunia Allah; bukan karena amalmu. Jadi dalam beribadah apa saja, kekallah pada tujuan yang dimaksud, yaitu Allah. Dalam zikir kita maunya sampai ke tujuan, yaitu Allah. Maka jangan terpengaruh dengan yang terpandang-pandang, terlintas-lintas, terdengar-dengar, terasa-rasa dalam ibadah. Kalau Allah muncul di hadapanmu, tampar saja! |
Syaikh Siradj
Kalau benar kekal ke satu tujuan,
apa pun yang terpandang selain tujuan, tidak akan berpengaruh. Think! |
.
No comments:
Post a Comment