"Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda [kekuasaan Allah]
bagi orang-orang yang yakin, dan [juga] pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu
tiada memperhatikan?"
[Q.S. Adz-Dzariat:20]
"Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta".
[Q.S. Thaha:124-126]
“Dan barang siapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar).”
[Qs. Al-Isra:72]
Salam alaikum, Sobat Sarang,
Awalnya, saya memulai aktivitas blogging ini sekadar ingin menumpahkanaer atau mencurahkan hujan pemikiran-pemikiran
pribadi dari hasil belajar tauhid sejak 7 tahun lalu [saya hijrah dari Bandung
sejak 2002, jadi baru kenal Allah setelah 3 tahun lamanya menclok di
Pontianak]. Dulu sih niat saya seperti ini saja, "Aku akan menulis di sini
sampai mati meski akan seperti orang gila "ngomong sendiri" karena
blog ini memang tidak mengusung tema yang popular, bahkan sering dihindari
karena ada 'efek-sesat'-nya. Tak
apalah, setidaknya kelak ketiga belas kakak kandungku [dari pasangan ortu
monogami ya..], keponakan-keponakanku, dan anak-cucuku mengenal lebih dekat si
gue melalui tulisan-tulisan di blog ini." InsyaAllah, aamiin.
Sama sekali tidak menyangka bahwa akhirnya blog ini jadi semacam "situs resmi" pengajian kami di Pontianak. Juga sama sekali tidak menyangka blog ini jadi begitu hidup dengan kehadiran Sobat Sarang semuanya. Jujur, saya merasa beruntung dengan ini semua. Alhamdulillah Ya Allah. Terima kasih Guruku, terima kasih Sobat Sarang semua. Semoga Allah meridai hidup dan mati kita dalam Islam yang bersih dari kesyirikan barang satu zarah pun. Aaamiin.
Latar belakang munculnya tulisan ini adalah permintaan beberapa Sobat Sarang, baik di sini maupun di laman komunitas facebook blog ini. Lebih dari satu kali ada yang bertanya seperti ini, "Kang Mux, saya tertarik dengan bahasan ilmu tauhid ini, tapi..bisa gak bahasanya disederhanakan supaya saya lebih mudah paham?"
Saya sempat bingung dengan pertanyaan semacam di atas itu. Sebab menurut saya, bahasanya biasa-biasa saja, tidak terlalu sarat dengan istilah-istilah berbahasa Arab, atau istilah-istilah khusus ragam bahasa keagamaan. Tapi, kemudian saya sadar.. yang jadi masalah di sini sebenarnya bukan istilah atau kalimatnya yang rumit, melainkan paradigma [kerangka berpikir] tauhidnyalah yang masing asing bagi kebanyakan orang.
Saya ucapkan terima kasih pada Sobat sekalian yang memberi masukan tersebut [salah satunya adalah MasBro Fadlil Sangaji]. Ini juga akhirnya mengungkap sebuah fakta: pantas saja sebelum ini di facebook saya beberapa kali langsung dituding sesat. Well, benar kata pepatah, 'tak kenal maka tak sayang ya'. Nah, mari kita kemon...
[Q.S. Adz-Dzariat:20]
"Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta".
[Q.S. Thaha:124-126]
“Dan barang siapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar).”
[Qs. Al-Isra:72]
Salam alaikum, Sobat Sarang,
Awalnya, saya memulai aktivitas blogging ini sekadar ingin menumpahkan
Sama sekali tidak menyangka bahwa akhirnya blog ini jadi semacam "situs resmi" pengajian kami di Pontianak. Juga sama sekali tidak menyangka blog ini jadi begitu hidup dengan kehadiran Sobat Sarang semuanya. Jujur, saya merasa beruntung dengan ini semua. Alhamdulillah Ya Allah. Terima kasih Guruku, terima kasih Sobat Sarang semua. Semoga Allah meridai hidup dan mati kita dalam Islam yang bersih dari kesyirikan barang satu zarah pun. Aaamiin.
Latar belakang munculnya tulisan ini adalah permintaan beberapa Sobat Sarang, baik di sini maupun di laman komunitas facebook blog ini. Lebih dari satu kali ada yang bertanya seperti ini, "Kang Mux, saya tertarik dengan bahasan ilmu tauhid ini, tapi..bisa gak bahasanya disederhanakan supaya saya lebih mudah paham?"
Saya sempat bingung dengan pertanyaan semacam di atas itu. Sebab menurut saya, bahasanya biasa-biasa saja, tidak terlalu sarat dengan istilah-istilah berbahasa Arab, atau istilah-istilah khusus ragam bahasa keagamaan. Tapi, kemudian saya sadar.. yang jadi masalah di sini sebenarnya bukan istilah atau kalimatnya yang rumit, melainkan paradigma [kerangka berpikir] tauhidnyalah yang masing asing bagi kebanyakan orang.
Saya ucapkan terima kasih pada Sobat sekalian yang memberi masukan tersebut [salah satunya adalah MasBro Fadlil Sangaji]. Ini juga akhirnya mengungkap sebuah fakta: pantas saja sebelum ini di facebook saya beberapa kali langsung dituding sesat. Well, benar kata pepatah, 'tak kenal maka tak sayang ya'. Nah, mari kita kemon...
Pendahulan: Mengapa ilmu tauhid ini asing bagi kita muslim
modern sekarang ini?
Baru kemarin saya
mendengar dari Abah Siradj kisah yang disampaikan dari orang-orang tua dulu.
Rupanya ini bermula dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan
kolonial Belanda. Sejak perjuangan rakyat Banten, Jawa Barat yang dipimpin Sultan
Ageng Tirtayasa (1631-1683) yang dibantu oleh Syaikh Yusuf
(seorang arif billah kelahiran Gowa, Sulawesi Selatan, pahlawan nasional
di dua negara: Indonesia dan Afrika Selatan), juga pada Perang Padri
(1803-1821) yang dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol di Sumatera Barat,
bersambung dengan perjuangan Pangeran Dipenogoro (1825-1830) di Jawa Tengah. Rupanya
nama-nama besar ini adalah para muwahid; orang-orang tauhid. Para
gubernur Belanda kebingungan dan merasa aneh terhadap para pejuang yang mereka
perangi. Cukup dengan kalimah tauhid "Laa ilaaha Ilallah" dan
"Allaahu Akbar" pasukan pejuang yang notabene petani dan
nelayan itu berubah menjadi pasukan berani mati dan... ini agak sulit diterima
para skeptis.. mereka rata-rata kebal peluru!
Akhirnya Belanda melakukan infiltrasi dan menyebar banyak mata-mata untuk mengetahui apa rahasia di balik kedahsyatan para pejuang ini. Akhirnya terbongkar sudah, rupanya para pejuang gagah berani itu, mereka semua adalah penimba ilmu tauhid! Jadi wajar juga kalau kalimah tauhid yang dipekikkan para pejuang dulu memiliki "efek karamah" ya.
Sejak saat itulah, setiap diketahui ada pengajian tauhid, para kyai dan murid-muridnya langsung ditangkap Belanda. Sejak saat itu pula, pengajian ilmu tauhid ini dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Kata Abah Siradj, orang-orang dulu kalau pergi ke pengajian tauhid itu tengah malam buta dan dilakukan secara rahasia karena khawatir kena tangkap.
Belanda menjajah negeri ini sekira 3,5 abad. Wajar bila kemudian pengajian ilmu tauhid ini menjadi langka, jarang diketahui orang, bahkan asing juga bagi kebanyakan ulama masa kini. Wajar kalau sekarang ini banyak ulama buta tauhid, yaitu ulama yang hanya pandai mengajarkan sisi zahir agama ini [syariat: akhlaq dan fiqh], tetapi kurang memahami, bahkan terkesan "main kira-kira" untuk sisi qadim [esoterik-batin: hakikat-makrifat] yang ada di agama ini. Wajar juga kalau akhirnya ada umat Islam yang bisa tertarik dengan ilmu-ilmu kebatinan seperti kejawen karena mereka tidak puas hanya disuguhi ulama dengan ajaran akhlak dan hukum melulu. Ini bukan salah mereka, ini kehendak Allah dalam hadis nubuwwah bahwa Islam itu muncul secara "asing", demikian juga di akhir zaman akan dikenal sebagai "asing". Allahua'lam.
Akhirnya Belanda melakukan infiltrasi dan menyebar banyak mata-mata untuk mengetahui apa rahasia di balik kedahsyatan para pejuang ini. Akhirnya terbongkar sudah, rupanya para pejuang gagah berani itu, mereka semua adalah penimba ilmu tauhid! Jadi wajar juga kalau kalimah tauhid yang dipekikkan para pejuang dulu memiliki "efek karamah" ya.
Sejak saat itulah, setiap diketahui ada pengajian tauhid, para kyai dan murid-muridnya langsung ditangkap Belanda. Sejak saat itu pula, pengajian ilmu tauhid ini dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Kata Abah Siradj, orang-orang dulu kalau pergi ke pengajian tauhid itu tengah malam buta dan dilakukan secara rahasia karena khawatir kena tangkap.
Belanda menjajah negeri ini sekira 3,5 abad. Wajar bila kemudian pengajian ilmu tauhid ini menjadi langka, jarang diketahui orang, bahkan asing juga bagi kebanyakan ulama masa kini. Wajar kalau sekarang ini banyak ulama buta tauhid, yaitu ulama yang hanya pandai mengajarkan sisi zahir agama ini [syariat: akhlaq dan fiqh], tetapi kurang memahami, bahkan terkesan "main kira-kira" untuk sisi qadim [esoterik-batin: hakikat-makrifat] yang ada di agama ini. Wajar juga kalau akhirnya ada umat Islam yang bisa tertarik dengan ilmu-ilmu kebatinan seperti kejawen karena mereka tidak puas hanya disuguhi ulama dengan ajaran akhlak dan hukum melulu. Ini bukan salah mereka, ini kehendak Allah dalam hadis nubuwwah bahwa Islam itu muncul secara "asing", demikian juga di akhir zaman akan dikenal sebagai "asing". Allahua'lam.
Pokok Bahasan: Zat dan Sifat
Kepahaman mengenai zat dan sifat dalam ilmu tauhid termasuk fondasi yang penting sebab seluas alam raya beserta aneka isinya hanya terdiri atas dua unsur ini: zat dan sifat. Diri kita ini adalah wujud zat dan sifat sekaligus; takterpisahkan.
Sifat
Apa yang dimaksud dengan sifat?
Sifat ialah segala sesuatu yang bisa dikenali dengan panca indera. Perwujudan sifat di antaranya berupa
Sifat ialah segala sesuatu yang bisa dikenali dengan panca indera. Perwujudan sifat di antaranya berupa
- bentuk:
bulat, bundar, lonjong, kotak, tinggi, pendek, panjang, lebar, tebal,
tipis, tampan-cantik, buruk, jelek, dsb.
- warna: merah-kuning-hijau,
di langit yang biru, pelukismu agung.. [beuh kadon nyanyi.. c koplak
wkwkwkw.]
- bebunyian: bising,
samar-samar, merdu, sumbang, dsb.
- rasa:
manis, asin, asam, pahit, suka, duka, haru, dsb. atau berupa
1)
tekstur: kasar, lembut, halus, kesat, dsb.
2)
kesan moral: baik, jahat, sopan, kurang ajar, dsb.
Nah, karena manusia mengenali dunia sekitar dengan kelima indera. Berarti sebenarnya yang kita lihat dan kita rasa di sekeliling kita ini, semuanya-tanpa kecuali adalah penampakan sifat-sifat. Ya 'kan?!
Lebih dalam lagi, sebenarnya segala sifat yang ada pada diri kita dan yang ada pada sekalian alam ini barulah wujud fana [semu], artinya baru wujud keterangan atau wujud 'embel-embel', belum menunjukkan wujud inti atau wujud asli. Errm.. mungkin akan lebih mudah kalau kita larikan ke pelajaran bahasa, khususnya materi tentang frasa [gabungan kata]
Contoh:
Simpulan yang dikaitkan dengan topik kita:
Suster cantik
Suster berkerudung putih
Suster ngesot
sifat
Hal keadaan sifat itu berbeda-beda pada tiap makhluk [berkulit putih-hitam-sawo matang-sawo busuk; berambut lurus-ikal-berombak banyu-keriting-kribo; bermata sipit-belo-juling-buta; ada normal-ada cacat, ada tampan kayak Mux-ada jelek kayak setan wkwkwwk]. Berubah-ubah [muda jadi tua, bodoh jadi pintar, kecil tumbuh besar, sehat-jadi sakit, sakit jadi sembuh, miskin jadi kaya, kaya jadi miskin, hina jadi mulia, mulia jadi hina]. Nisbi, serba-mungkin alias tidak pasti. Bergantung pada Kehendak Allah yang Menjadikan.
Jadi, para ganteng-cantik gak layak sombong dengan keganteng-cantikannya sebab itu murni gratisan dari Allah, bukan hasil request kamu sebelum lahir 'kan. Hehehe.
Contohlah ane, biar ganteng gak pernah menyebut diri ganteng. Ane tau ganteng itu karena disebut sama orang aja: sama para fans, para silent reader, utamanya sama para secret admirer. Sumpah kalapa deh, ane gak pernah nyebut ganteng ke diri sendiri. #hoax #abaikan
Lanjyuuut.. Keber-ada-an sifat tidak bisa berdiri sendiri. Sifat membutuhkan tempat untuk ber-ada.
Contoh di pelajaran bahasa lagi. Dalam pembentukan sebuah kata, kita mengenal ada yang disebut morfem bebas dan morfem terikat. Atau...kita sederhanakan menjadi kata dasar dan imbuhan.
Nah, sampai di sini mudah-mudahan Sobat Sarang sudah paham bahwa yang disebut sifat itu pasti "menempel" pada sesuatu untuk keber-ada-annya [eksistensinya]. Ketampanan atau kecantikan wajah itu memerlukan tempat untuk dapat terlihat oleh mata orang lain sehingga orang mengakui bahwa benarlah dia itu tampan atau cantik.
Kalau tidak ada tempat menempelnya sifat tampan dan sifat cantik, niscaya tak seorang manusia pun bisa "ngeksis" dengan ketampanan atau kecantikannya.
Kalau Sifat yang mewujud pada rupa wajah si Mux ini tidak bertempat, niscaya Muxlimo itu bukan makhluk Tuhan
Jadi, sifat ini bertempat di mana?
Ketampanan atau kecantikan itu menempel pada apa? Pada kulit? Salah!
Sebab kulit itu pun sendiri adalah sifat. Ingat lagi, bahwa yang disebut sifat itu segala sesuatu yang dapat dilihat, diraba, dirasa, dsb.
Jadi, sifat ini bertempat di mana?
Sifat bertempat pada zat. Maka jangan kaget kalau Sobat menemukan perkataan semacam ini,"sifat berdiri pada zat" atau "sifat itu bertubuhkan zat" atau "sifat bertempat di zat".
Lalu, yang disebut zat itu seperti apa?
Zat
Untuk memudahkan paham
mengenai zat, silakan Sobat lihat dulu gambar kapur segede auzubillah di bawah ini
Seandainya
saat ini Sobat sedang memegang sebatang kapur-tulis dan melihat warna putih
kapur-tulis, sebenarnya yang Sobat pegang dan lihat itu bukan zat kapur-tulis,
melainkan sifat kapur-tulis. Ingat, setiap yang bisa disebut, diraba dan
dilihat itu semua sifat, bukan zat.
Nah, jadi zat kapur tulis itu yang mana atau seperti apa?
Kalau Sobat mau tahu zat kapur-tulis, mau tidak mau Sobat sisihkan semua sifat yang menempel pada kapur-tulis itu. Artinya, Sobat musti mengikis kapur-tulis itu sampai tidak ada lagi sifat kapur-tulis yang tersisa. Kikis kapur-tulis itu sampai tidak terlihat lagi [sifat] warna putihnya, kikis terus sampai tidak ada lagi [sifat] kapur-tulis yang bisa dipegang, kikis terus sampai tidak ada lagi [sifat] kapur-tulis yang bisa disebut.
Sudah?
Nah, itulah zat kapur-tulis yang sebenarnya.
Seperti apa? Bisa dilihat tidak? Bisa disebut tidak?
Kalau masih ada [sifat kapur-tulis]yang bisa dilihat, dipegang, dan disebut, berarti pencarian kita belumlah sampai ke zat kapur-tulis. Inilah makna yang disebut dalam Quran sebagai "laysa kamitslihi syai'un" alias tidak ada seumpamanya.
Ini baru zat kapur tulis yang nota bene makhluk Allah, bagaimana lagi dengan Zat Allah? Pasti terlebih laysa kamitslihi syaiun! Allahu Akbar!
Ini baru Zat Allah, sedangkan Allah itu bukan berupa Zat karena Allah itu Rabbul Izzati alias Tuhannya sekalian Zat, bagaimana lagi dengan Diri Pribadi Allah itu? Pastikan terlebih Maha-laysa kamitlihi syaiun! Allahu Akbar!! [*]
Demikian juga kalau Sobat mau tahu zat manusia, zat diri sendiri: kikis kulit tampak otot, kikis otot tampak urat, kikis urat tampak tulang, kikis tulang tampak sumsum, kikis sumsum, kikis..kikis..kikis terus tampak apa? Ya seperti itu bentuknya hakikat diri kita ini. Tidak bisa disebut!
Nah, jadi zat kapur tulis itu yang mana atau seperti apa?
Kalau Sobat mau tahu zat kapur-tulis, mau tidak mau Sobat sisihkan semua sifat yang menempel pada kapur-tulis itu. Artinya, Sobat musti mengikis kapur-tulis itu sampai tidak ada lagi sifat kapur-tulis yang tersisa. Kikis kapur-tulis itu sampai tidak terlihat lagi [sifat] warna putihnya, kikis terus sampai tidak ada lagi [sifat] kapur-tulis yang bisa dipegang, kikis terus sampai tidak ada lagi [sifat] kapur-tulis yang bisa disebut.
Sudah?
Nah, itulah zat kapur-tulis yang sebenarnya.
Seperti apa? Bisa dilihat tidak? Bisa disebut tidak?
Kalau masih ada [sifat kapur-tulis]yang bisa dilihat, dipegang, dan disebut, berarti pencarian kita belumlah sampai ke zat kapur-tulis. Inilah makna yang disebut dalam Quran sebagai "laysa kamitslihi syai'un" alias tidak ada seumpamanya.
Ini baru zat kapur tulis yang nota bene makhluk Allah, bagaimana lagi dengan Zat Allah? Pasti terlebih laysa kamitslihi syaiun! Allahu Akbar!
Ini baru Zat Allah, sedangkan Allah itu bukan berupa Zat karena Allah itu Rabbul Izzati alias Tuhannya sekalian Zat, bagaimana lagi dengan Diri Pribadi Allah itu? Pastikan terlebih Maha-laysa kamitlihi syaiun! Allahu Akbar!! [*]
Demikian juga kalau Sobat mau tahu zat manusia, zat diri sendiri: kikis kulit tampak otot, kikis otot tampak urat, kikis urat tampak tulang, kikis tulang tampak sumsum, kikis sumsum, kikis..kikis..kikis terus tampak apa? Ya seperti itu bentuknya hakikat diri kita ini. Tidak bisa disebut!
Bukti zat sepatu sama dengan zat segala makhluk di alam semesta. Jadi, kita dengan sepatu dan kapur tulis itu satu zat!
Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa,
sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu
yang dapat disebut?
[Q.S. Al-Insaan:1]
Hal keadaan zat ini meliputi sekalian alam, tidak mengambil tempat, kekal sampai yaumil qiyamah, mahasuci: bersih dari sesuatu, tanpa partikel. Itu sebabnya di Quran Allah mensifati Diri-Nya sebagai Maha Meliputi karena ada yang maha meliputi tapi bukan Tuhan. Juga Allah mensifati Diri-Nya dengan Mahabesar karena ada yang mahabesar tapi bukan Tuhan, yaitu zat-Nya.
[Q.S. Al-Insaan:1]
Hal keadaan zat ini meliputi sekalian alam, tidak mengambil tempat, kekal sampai yaumil qiyamah, mahasuci: bersih dari sesuatu, tanpa partikel. Itu sebabnya di Quran Allah mensifati Diri-Nya sebagai Maha Meliputi karena ada yang maha meliputi tapi bukan Tuhan. Juga Allah mensifati Diri-Nya dengan Mahabesar karena ada yang mahabesar tapi bukan Tuhan, yaitu zat-Nya.
Sifat, esa berdiri pada zat. Zat, esa dengan
Tuhannya [Rabbul izzati]
Zat ini banyak variasi sebutannya dalam Quran, di antaranya: Nur Muhammad, Ruh , Mahasuci, sedangkan dalam ilmu Kalam disebut kosong [tubuh kosong], maharuang [tubuh maharuang], tubuh alam, dsb.
Adakalanya jasad manusia diibaratkan sebagai "air yang beku".
Penutup: Apa Gunanya Belajar Tauhid untuk Menjalani Kehidupan
Sehari-hari?
Kalau Sobat sudah paham
tentang zat, pasti Sobat tidak ragu lagi bahwa zat diri kita ini se-zat dengan
dengan zat pohon, zat kucing, zat batu, zat meja, zat tanah-air-api, zat bumi
dan langit, zat surga-neraka, semuanya se-zat [satu zat; dari sumber yang
sama]. Yang membedakan manusia dengan batu itu sifat yang menempel pada zat
tersebut. Pemahaman seperti ini jugalah yang pernah kami sampaikan di tulisan
berjudul Martabat Tujuh dan Pertemuan Indonesia-Malaysia di
Jabal Nur.
Di pengajian, beberapa kali Abah Siradj mengatakan, "Beruntung kita ini oleh Allah dimanusiakan, bukan dikambingkan, bukan dipohonkan, bukan dibatukan."
Kalau Sobat sudah paham tentang zat dan sifat ini insyaAllah Sobat juga paham dengan perkataan-perkataan hakiki Muhammad Tubuhku; Nur Nyawaku dan Tuhan Tubuhku, Yaa Budduhun.
Sobat juga akan memahami mengapa praktik tafakur itu menjadi rukun qalbi untuk meraih khusyuk-tawadhu dalam salat, karam dalam zikir, dan dalam ibadah-ibadah lainnya.
Di pengajian, beberapa kali Abah Siradj mengatakan, "Beruntung kita ini oleh Allah dimanusiakan, bukan dikambingkan, bukan dipohonkan, bukan dibatukan."
Kalau Sobat sudah paham tentang zat dan sifat ini insyaAllah Sobat juga paham dengan perkataan-perkataan hakiki Muhammad Tubuhku; Nur Nyawaku dan Tuhan Tubuhku, Yaa Budduhun.
Sobat juga akan memahami mengapa praktik tafakur itu menjadi rukun qalbi untuk meraih khusyuk-tawadhu dalam salat, karam dalam zikir, dan dalam ibadah-ibadah lainnya.
Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi
tenteram. [Q.S. Ar-Rad:28]
Bagi saya pribadi, kesaksian Mbak Sally yang mengaku awam soal tauhid membuktikan bahwa keikhlasan menerima pelajaran tauhid dan mengamalkan praktiknya adalah murni karunia Allah atas diri pribadi kita. Terlepas apakah sebelumnya kita mencari atau tidak, terlepas dari banyak-sedikitnya ilmu agama dan amal kita. Karunia Allah ini saya lihat juga pada ada diri Mbak Annisa Muslima yang mengaku sebenarnya tiap baca postingan di sini selalu bingung, tapi tidak sudi terlewat satu judul pun dan ikhlas pula mengamalkan praktik tauhid ini. [saya cari komentar itu untuk ditunjukkan screen-shot-nya tapi gak dapat]
Kalau Sobat sudah paham soal zat dan sifat ini, insyaAllah juga akan memahami bahwa antara zat dan sifat ini esa; tidak becerai; tidak bersekutu juga tidak bisa dipisahkan. Ini adalah fondasi dasar untuk memahami keesaan Tuhan-hamba yang bersih dari paham-paham huluul & ittihad, bebas dari pola pikir kaum Jabbariyyah dan Muntazillah, juga bebas dari konsep Wahdatul Wujud [Manunggaling kawula-Gusti] yang sudah diselewengkan orang-orang buta tauhid.
Kalau Sobat sudah paham soal zat dan sifat ini, insyaAllah Sobat tidak akan tertarik dan tertipu dengan ajaran kebatinan-kejawenisme beserta amalan-amalan setani semacam astral projection, tidak akan terpana dengan fenomena "kesurupan legal" anak indigo, dan sama sekali tidak tertarik duduk mengaji di pesantren-pesantren setan pimpinan kyai-kyai bertanduk yang ajarannya berkedok agama padahal prioritas utamanya memberikan pelajaran "bonus" berupa ilmu kanuragan, ilmu kebal, ilmu melukis hantu, ilmu asihan, penglaris, pelancar jodoh, dsb.
Khusus untuk fenomena pesantren setan, saya pernah mengatakan pada mereka bahwa ilmu kebal itu hakikatnya tidak ada. Nabi Ibrahim a.s. dulu tubuhnya tidak binasa dimakan api bukan pakai ilmu kebal, melainkan dengan "doa-diam" dari puncak ilmu tauhid!
Itulah sebabnya, Nabi Ibrahim a.s. dinobatkan sebagai Khalilullah,'kekasih Allah dan sebagai "Bapak Tauhid, Bapak para Nabi" sehingga nama beliau pun tetap kita sebut setiap kita salat.
Ilmu-ilmu kesaktian yang hanya berlaku untuk di dunia, pastikan itu dari setan dan tidak ada gunanya dipelajari dan diamalkan. Kalau ada ilmu kebal ditabok malaikat dalam kubur atau ada ilmu melarikan diri dari tangkapan malaikat penjaga neraka, baru gua mau ikut!
Itulah sebabnya, Allah Swt. menyebut orang-orang yang malas ber-iqra, tidak mau menggali makna hakiki ayat-ayat Quran, bahkan mengingkari kebenarannya, sebagai manusia-manusia yang lebih rendah daripada binatang, bahkan lebih rendah lagi!
"… Mereka (manusia) punya hati tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah), punya mata tetapi tidak dipergunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), punya telinga tetapi tidak mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka (manusia) yang seperti itu sama (martabatnya) dengan hewan bahkan lebih rendah (lagi) dari binatang." (QS 7:179)
Bagi saya pribadi, kesaksian Mbak Sally yang mengaku awam soal tauhid membuktikan bahwa keikhlasan menerima pelajaran tauhid dan mengamalkan praktiknya adalah murni karunia Allah atas diri pribadi kita. Terlepas apakah sebelumnya kita mencari atau tidak, terlepas dari banyak-sedikitnya ilmu agama dan amal kita. Karunia Allah ini saya lihat juga pada ada diri Mbak Annisa Muslima yang mengaku sebenarnya tiap baca postingan di sini selalu bingung, tapi tidak sudi terlewat satu judul pun dan ikhlas pula mengamalkan praktik tauhid ini. [saya cari komentar itu untuk ditunjukkan screen-shot-nya tapi gak dapat]
Kalau Sobat sudah paham soal zat dan sifat ini, insyaAllah juga akan memahami bahwa antara zat dan sifat ini esa; tidak becerai; tidak bersekutu juga tidak bisa dipisahkan. Ini adalah fondasi dasar untuk memahami keesaan Tuhan-hamba yang bersih dari paham-paham huluul & ittihad, bebas dari pola pikir kaum Jabbariyyah dan Muntazillah, juga bebas dari konsep Wahdatul Wujud [Manunggaling kawula-Gusti] yang sudah diselewengkan orang-orang buta tauhid.
Kalau Sobat sudah paham soal zat dan sifat ini, insyaAllah Sobat tidak akan tertarik dan tertipu dengan ajaran kebatinan-kejawenisme beserta amalan-amalan setani semacam astral projection, tidak akan terpana dengan fenomena "kesurupan legal" anak indigo, dan sama sekali tidak tertarik duduk mengaji di pesantren-pesantren setan pimpinan kyai-kyai bertanduk yang ajarannya berkedok agama padahal prioritas utamanya memberikan pelajaran "bonus" berupa ilmu kanuragan, ilmu kebal, ilmu melukis hantu, ilmu asihan, penglaris, pelancar jodoh, dsb.
Khusus untuk fenomena pesantren setan, saya pernah mengatakan pada mereka bahwa ilmu kebal itu hakikatnya tidak ada. Nabi Ibrahim a.s. dulu tubuhnya tidak binasa dimakan api bukan pakai ilmu kebal, melainkan dengan "doa-diam" dari puncak ilmu tauhid!
Itulah sebabnya, Nabi Ibrahim a.s. dinobatkan sebagai Khalilullah,'kekasih Allah dan sebagai "Bapak Tauhid, Bapak para Nabi" sehingga nama beliau pun tetap kita sebut setiap kita salat.
Ilmu-ilmu kesaktian yang hanya berlaku untuk di dunia, pastikan itu dari setan dan tidak ada gunanya dipelajari dan diamalkan. Kalau ada ilmu kebal ditabok malaikat dalam kubur atau ada ilmu melarikan diri dari tangkapan malaikat penjaga neraka, baru gua mau ikut!
Itulah sebabnya, Allah Swt. menyebut orang-orang yang malas ber-iqra, tidak mau menggali makna hakiki ayat-ayat Quran, bahkan mengingkari kebenarannya, sebagai manusia-manusia yang lebih rendah daripada binatang, bahkan lebih rendah lagi!
"… Mereka (manusia) punya hati tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah), punya mata tetapi tidak dipergunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), punya telinga tetapi tidak mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka (manusia) yang seperti itu sama (martabatnya) dengan hewan bahkan lebih rendah (lagi) dari binatang." (QS 7:179)
CATATAN BONUS:
Itulah sebabnya, di antara Sunni-Syiah-Wahabi, saya paling anti,
saya paling jijik, saya paling garang pada golongan mengaku Islam yang bernama
wahabi-salafi. Sebab mereka ini golongan yang Allah sebutkan di ayat tadi,
hanya hapal Quran-hadis tapi buta hakiki. Bahkan, setelah mereka sesat dan
rendah sedemikian itu, mereka pun mencegah umat manusia untuk mengenal
Tuhannya. Mereka dengan percaya diri menyatakan konsep Sifat 20--termasuk
bahasan soal Sifat Qadim, itu sesat dan tidak ada sandaran dalilnya, lalu
dengan seenaknya mengharamkan setiap pembicaraan mengenai Allah dengan dalih
pembicaraan makrifat itu asalnya terkena pengaruh Hindu-lah, Filsafat
Yunani-lah, dan lain-lain.
Lebih jauh lagi, mereka menjauhkan manusia dari fitrah dengan seenaknya pukul rata dan dengan kaku mengharamkan musik, mengharamkan suara perempuan, mengharamkan gambar-gambar makhluk hidup, lalu berteriak merekalah yang benar-benar mengamalkan hukum syariah dengan menegakkan kekhalifahan yang dipimpin seorang raja [???]. Cuih! Sebenarnya merekalah pemfitnah besar agama ini.
Tidak heran kalau umat awam banyak yang tertipu dan jadi pengikut sekaligus pembela teguh Wahabi-Salafi. Sebab, ulama-ulama bertanduk Zionislam mendakwahkan kesesatan itu dengan penuh percaya diri, dengan sikap santun dan lemah lembut yang memesona lengkap dengan dukungan copasan dalil yang sempurna sebagai pembenaran.
Ini buktinya:
Lebih jauh lagi, mereka menjauhkan manusia dari fitrah dengan seenaknya pukul rata dan dengan kaku mengharamkan musik, mengharamkan suara perempuan, mengharamkan gambar-gambar makhluk hidup, lalu berteriak merekalah yang benar-benar mengamalkan hukum syariah dengan menegakkan kekhalifahan yang dipimpin seorang raja [???]. Cuih! Sebenarnya merekalah pemfitnah besar agama ini.
Tidak heran kalau umat awam banyak yang tertipu dan jadi pengikut sekaligus pembela teguh Wahabi-Salafi. Sebab, ulama-ulama bertanduk Zionislam mendakwahkan kesesatan itu dengan penuh percaya diri, dengan sikap santun dan lemah lembut yang memesona lengkap dengan dukungan copasan dalil yang sempurna sebagai pembenaran.
Ini buktinya:
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah
menciptakan langit dan bumi dalam enam hari, lalu Dia bersemayam di atas ’Arsy. [Q.S. Al-A'raaf:54]
Mereka yakinkan umat dengan simpulan bahwa Allah
bertempat di Arsy.
“Dan tetap kekal wajah Tuhanmu yang mempunyai
kebesaran dan kemuliaan.” (QS. Ar-Rahman: 27)
Seperti ini dalih dari ulama bertanduk buta tauhid
di muslim.or.id
Manusia punya kaki, gajah punya kaki. Akan
tetapi hakikat kaki gajah berbeda dengan kaki manusia. Sesama makhluk saja bisa
terjadi sama nama dengan hakikat yang berbeda. Maka antara makhluk dengan Allah
tentu jauh lebih berbeda. Makhluk disifati dengan berbagai kekurangan sedangkan
Allah disifati dengan berbagai kesempurnaan. Apakah sama Zat yang sempurna
dengan yang penuh kekurangan? Tentu tidak! Maka demikian pula dalam menyikapi
sifat wajah.
Allah telah menyebutkan di dalam Al Quran maupun As Sunnah bahwa Dia memiliki wajah maka kita katakan pula bahwa wajah Allah tidak sama dengan wajah makhluk, meskipun sama namanya yaitu wajah. Lalu apa susahnya (mengakui bahwa Allah memiliki wajah -ed)?
Allah telah menyebutkan di dalam Al Quran maupun As Sunnah bahwa Dia memiliki wajah maka kita katakan pula bahwa wajah Allah tidak sama dengan wajah makhluk, meskipun sama namanya yaitu wajah. Lalu apa susahnya (mengakui bahwa Allah memiliki wajah -ed)?
Simpelnya dia mau ngomong gini: Allah itu punya tangan, kaki, dan
wajah, tapi jangan samakan dengan tangan, kaki, dan wajah makhluk.
Ini namanya kalau di bahasa kampung saya
disebut bulak-balik-blekok, keneh-keneh kehed alias sama aja bohong! Biar bagaimana pun, makna tangan, kaki,
wajah, naik- turun, datang-pergi, itu semua makna yang hanya layak diarahkan
pada makhluk, bukan pada Pencipta Makhluk!
Hati-hati, bahkan dalil pun bisa dijadikan alat penyesatan.
Bahkan Allah pun berkehendak menyesatkan manusia-manusia lalai.
Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang
melampaui batas dan ragu-ragu. [Yaitu] orang-orang yang memperdebatkan
ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai
kepada mereka. Amat besar kemurkaan
[bagi mereka] di sisi Allah dan di sisi orang-orang yang beriman. Demikianlah
Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang. [Q.S. Al-Mukmin/Ghafir: 34-35]
Sebenarnya Kami melontarkan yang hak kepada
yang bathil lalu yang hak itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang
bathil itu lenyap. Dan kecelakaanlah bagimu disebabkan kamu mensifati [Allah dengan sifat-sifat yang tidak layak bagi-Nya]. [Q.S. Al-Anbiya:18]
Bukti utama kaum wahabi-salafy itu = ajaran zionislam adalah
fakta ulama-ulama wahabi-salafy bersikap anti-takwil. Artinya mereka mengaku menafsirkan Quran dan hadis itu hanya
sebatas makna tersurat [makna konkret]. Mengingkari pentakwilan artinya
mengingkari keberadaan makna tersirat [makna abstrak] juga berarti mengingkari
yang gaib. Padahal Allah di Quran banyak membuat perumpamaan supaya manusia
ber-iqra!
“Sesungguhnya, Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, mereka yakin bahwa
perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan,
“Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?” Dengan perumpamaan itu
banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak
orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali
orang-orang yang fasik.” [Al Bagarah, ayat
26]
Jadi, Wahabi-Salafy mengajarkan umatnya untuk
berpola pikir materialistis. Nah, paham dan filsafat materialistik ini datang
dari mana? #think!
Hanya milik Allah Asmaul-Husna, maka
bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaul-Husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam
[menyebut] Nama-Nama-Nya. Nanti mereka akan
mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. Dan di antara
orang-orang yang Kami ciptakan ada umat yang memberi petunjuk dengan hak, dan
dengan yang hak itu [pula] mereka menjalankan keadilan. Dan orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur [ke arah kebinasaan], dengan
cara yang tidak mereka ketahui. [Q.S. al-A'raf:180-182]
Siapa yang bakal menyangka kalau selama ini
dirinya menjauhkan manusia dari pengenalan akan Tuhannya dengan dalil. Kemudian
justru dalil yang mereka pakai itulah yang menyeret mereka kepada kebinasaan?
Jadi, siapa pun kamu yang mengaku Islam tapi keukeuh tetap berdiri hanya di syariat [paham dan amalan jasadi semata], kamu telah dibius untuk menjadi muslim bermata satu! Mengingkari keberadaan yang gaib [qadim] itu ciri manusia yang dikuasai setan. Di sinilah letak persamaan Wahaby-Salafy dengan Ahmadiyyah. [Kedua aliran ini made in UK dan USA, Wahabisme disebarkan melalui KSA]
Saya tidak ragu mengatakan bahwa dakwah wahabi-salafy di seluruh dunia adalah dakwah zionis kaki-tangan Dajjal bertopeng Islam. [termasuk jika ada sunni-syiah yang berkeyakinan Allah ada di Arsy dan aktivitasnya bersifat menjauhkan manusia mengenal Tuhannya. Sebab tujuan utama penciptaan adalah mengenal Tuhan]
Saya juga tidak ragu mengatakan orang-orang liberal-pluralis yang ada di Indonesia, seperti JIL, Wahid Institute, Aliansi Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan itu bagian dari dakwah zionisasi yang sama. [Perhatikan sumber dana mereka]
Ingatlah, Dajjal dan kaki-tangannya tidak akan muncul berupa wujud setan. Dajjal itu penipu ulung. Dia akan muncul bak orang suci, pertama mengaku nabi karena punya banyak "mukjizat" lalu mengaku Tuhan. Mungkinkah manusia waras akan percaya pada nabi yang penampilannya "metal" seperti setan?? #think!
Gali pesan-pesan Rasulullah soal Dajjal dan kedajjalan. Wajar yang ditakuti Rasulullah Saw. atas umat ini bukanlah kehadiran si Dajjal, melainkan fitnah sebelum kedatangannya.
Allahua'lam.
Jadi, siapa pun kamu yang mengaku Islam tapi keukeuh tetap berdiri hanya di syariat [paham dan amalan jasadi semata], kamu telah dibius untuk menjadi muslim bermata satu! Mengingkari keberadaan yang gaib [qadim] itu ciri manusia yang dikuasai setan. Di sinilah letak persamaan Wahaby-Salafy dengan Ahmadiyyah. [Kedua aliran ini made in UK dan USA, Wahabisme disebarkan melalui KSA]
Saya tidak ragu mengatakan bahwa dakwah wahabi-salafy di seluruh dunia adalah dakwah zionis kaki-tangan Dajjal bertopeng Islam. [termasuk jika ada sunni-syiah yang berkeyakinan Allah ada di Arsy dan aktivitasnya bersifat menjauhkan manusia mengenal Tuhannya. Sebab tujuan utama penciptaan adalah mengenal Tuhan]
Saya juga tidak ragu mengatakan orang-orang liberal-pluralis yang ada di Indonesia, seperti JIL, Wahid Institute, Aliansi Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan itu bagian dari dakwah zionisasi yang sama. [Perhatikan sumber dana mereka]
Ingatlah, Dajjal dan kaki-tangannya tidak akan muncul berupa wujud setan. Dajjal itu penipu ulung. Dia akan muncul bak orang suci, pertama mengaku nabi karena punya banyak "mukjizat" lalu mengaku Tuhan. Mungkinkah manusia waras akan percaya pada nabi yang penampilannya "metal" seperti setan?? #think!
Gali pesan-pesan Rasulullah soal Dajjal dan kedajjalan. Wajar yang ditakuti Rasulullah Saw. atas umat ini bukanlah kehadiran si Dajjal, melainkan fitnah sebelum kedatangannya.
Allahua'lam.
[*]:
[kembali]Waktu mengetikkan bagian tadi ane tiba-tiba ==> , terlebih lagi waktu baca-ulang di sesi penyuntingan tulisan ini. Tak mampu...kena dzuuk.[kembali]
"Sesungguhnya telah datang dari Tuhanmu bukti-bukti yang terang; maka Barangsiapa melihat [kebenaran itu], maka [manfaatnya] bagi dirinya sendiri; dan barangsiapa buta [tidak melihat kebenaran itu], maka kemudharatannya kembali kepadanya. Dan aku [Muhammad] sekali-kali bukanlah pemelihara[mu]". [Qs. Al-An'am:104]
Kalimat terakhir berarti: "Masih mengingkari kebenaran setelah diterangkan sejelas-jelasnya, jangan harap berhak mendapat syafaat Rasulullah Saw. di akhirat kelak."
.
No comments:
Post a Comment