Islam itu berisi :

Islam itu berisi :

Tuesday, January 26, 2016

21. Insan Kamil dan Perjalanan Hakiki



حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ بُدَيْلِ بْنِ قُرَيْشٍ الْيَامِيُّ الْكُوفِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ نُمَيْرٍ عَنْ عُمَارَةَ بْنِ زَاذَانَ عَنْ عَلِيِّ بْنِ الْحَكَمِ عَنْ عَطَاءٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سُئِلَ عَنْ عِلْمٍ عَلِمَهُ ثُمَّ كَتَمَهُ أُلْجِمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِلِجَامٍ مِنْ نَارٍ وَفِي الْبَاب عَنْ جَابِرٍ وَعَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ حَدِيثٌ حَسَنٌ

“Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu yg dia ketahui kemudian dia menyembunyikannya, maka dia akan dicambuk pada hari kiamat dgn cambuk dari neraka.”. [H.R. Tirmidzi Nomor 2573 juga diriwayatkan dari Jabir & Abdullah bin 'Amru, Abu Isa berkata, "Hadits Abu Hurairah adalah hadits hasan."]



Manusia hanya tahu dirinya itu manusia, tetapi banyak yang lupa dan tidak menyadari bahwa kita ini manusia yang dimanusiakan. Jadi yang sebenar-benar manusia itu yang mana?

Kita ini dimanusiakan.
Tuhan itulah manusianya manusia.

Jadi yang semanusia-manusianya manusia itulah Tuhan. Yang Menjadikan manusia itulah yang manusia semanusia-manusianya.



Yang sebenar-benarnya diri kita ini
  • tidak makan,
  • tidak minum,
  • tidak berdaging,
  • tidak bertulang,
  • tidak ber-ibu,
  • tidak berbapak,
  • tidak masuk kubur,
  • tidak masuk surga,
  • tidak masuk neraka, dan
  • hidup tidak dengan nyawa karena hidup dengan Pembuat nyawa.

Bedanya dengan Tuhan: Tuhan menciptakan, kita yang diciptakan.

Apa yang pertama kali diciptakan Tuhan? Min Nuurihi Nabiyika, Nur Ilahi, Zat Mutlak. Zat Mutlak ini hidup dengan apa?
  • Apakah Zat hidup dengan nyawa?
  • Apakah Zat pandai mati?
  • Apakah Zat perlu makan-minum?
  • Apakah Zat punya ibu-bapak?
  • Apakah Zat berdaging-bertulang?
  • Apakah Zat masuk kubur, surga-neraka?
Zat tidak hidup dengan nyawa, melainkan dengan Pembuat nyawa.


Di akhirat itu tidak ada mati lagi. Hidup terus karena semua sudah hidup dengan Zat Mutlak. Contoh, Nabi Muhammad Saw. sebelum di-mi'raj-kan, dibersihkan dulu hatinya. Dibersihkan dari pengaruh-pengaruh zat asam [Sifat]. Jadi walaupun tidak ada zat asam, tetap bisa hidup dan bisa ke mana-mana tanpa membawa oksigen.

Mengapa manusia masih mengandalkan zat asam terus? Ilmuwan 'kan banyak. Buatlah diri manusia tidak lagi mengandalkan zat asam. Ini ada kenyataannya di Islam, yaitu perjalanan Isra Mi'raj.


Zat asam itu makhluk [baharu]. Di alam zat asam itu banyak kehidupan makluk. Untuk apa mau masuk ke zat asam?

وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَثَّ فِيهِمَا مِن دَابَّةٍ ۚ وَهُوَ عَلَىٰ جَمْعِهِمْ إِذَا يَشَاءُ قَدِيرٌ [٤٢:٢٩]
“Di antara (ayat-ayat) tanda-tanda-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan makhluk-makhluk yang melata Yang Dia sebarkan pada keduanya. Dan Dia Maha Kuasa mengumpulkan semuanya apabila dikehendaki-Nya.”. [Q.S. Asy-Syura:29]

Sedangkan bagi orang tauhid, untuk masuk ke Zat Mutlak saja lebih cepat daripada mengedipkan mata.

قَالَ عِفْرِيتٌ مِّنَ الْجِنِّ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَن تَقُومَ مِن مَّقَامِكَ ۖ وَإِنِّي عَلَيْهِ لَقَوِيٌّ أَمِينٌ [٢٧:٣٩]
Berkata '
Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin: "Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgsana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya".


قَالَ الَّذِي عِندَهُ عِلْمٌ مِّنَ الْكِتَابِ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَن يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ ۚ فَلَمَّا رَآهُ مُسْتَقِرًّا عِندَهُ قَالَ هَٰذَا مِن فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ ۖ وَمَن شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ ۖ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ [٢٧:٤٠]
Berkatalah
seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab: "Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia".
[Q.S. An-Naml:39-40]
Bandingkan, hebat mana jin dan orang-orang kebatinan itu dengan orang-orang ketuhanan? [Mux]

Orang tauhid mau masuk ke Zat Mutlak tidak perlu dengan acara-acara ritual kabalis pagan seperti semedi, tapa-brata, meditasi, yoga, meraga sukma, apalagi dengan bakar-bakar menyan, setanggi, dengan sesajen dan kembang tujuh rupa. Inilah tauhid Islam, tidak mau pamer-pamer syariat. Cukup dengan ritual ibadah yang "tampak biasa" saja seperti shalat, puasa, sedekah, tadarus, dsb. Untuk apa cari-cari pujian makhluk dengan tapa di dalam air, mandi di tujuh mata air, dsb. Pujian makhluk itu tidak ada ubahnya dengan jin buang hajat. Busuk lebih busuk daripada yang paling busuk.

Kalau ada orang mau jual, kita beli.

Orang tauhid tidak takut karena Zat Mutlak itu induknya jirim, jisim, jahwar, dan aradh. Mana bisa ilmu-ilmu orang sesat yang hanya bisa main di zat asam menembus Zat Mutlak.


Kalau kita sudah bermain di Zat Mutlak, kita bisa bercerita yang sebenar-benarnya tentang bidadari-bidadari, tentang bagaimana kita melihat keadaan-keadaan manusia yang sudah mati di dunia. Ini bukan khayalan. Betul-betul kita melihat bagaimana keadaan manusia di sana, mereka duduk di satu padang yang luas seperti duduk tahiyat awal. Kalau kita berjalan, mereka bisa melihat kita; kita pun bisa melihat mereka, tetapi tidak bisa saling bicara. Sepadang-padang luasnya di tempat orang-orang mati itu, yang kelihatan hanya satu: Baitullah.

Orang-orang yang di dunia sudah mati itu semua menuju dan berusaha sampai ke Baitullah. Ada yang sudah beringsut-ngesot selama 300 tahun belum juga sampai. Di padang itu ada satu tempat yang tidak bisa ditembus, padahal tidak ada dinding yang menghalang. Sekelompok besar yang manusia tidak bisa berjalan menembus dinding tak tampak itu, akhirnya duduk saja di situ. Wajahnya ada yang menyesal dan bersusah hati mengapa ketika di dunia tidak mempelajari ilmu dan amal ini, ada juga yang memukul-pukul kepalanya sendiri. Bahkan, kebanyakan dari kumpulan manusia itu ternyata mereka yang waktu di dunia adalah ulama-ulama terkenal yang bersorban besar-besar. Dan kalau semasa hidup di dunia kita pernah lihat mereka, kita saling kenal. Di sana kita saling kenal.

Jadi kita tahu benar-tidaknya ulama-ulama besar yang ketika masih hidup di dunia mengaku atau diakui orang sebagai wali, baik mereka yang sudah mati maupun yang masih hidup sekarang. Karena di dunia ini kita sama-sama punya pengikut, kalau kita ungkap sebenar-benarnya, bisa-bisa jadi pertikaian antar-ulama. Ini bukan dongeng, ini kenyataan sebenar-benarnya dari pengalaman perjalanan hakiki.

Di padang itu ada yang mengherankan juga. Kita berpapasan dengan orang yang persis diri kita. Benar-benar diri kita juga. Kita saling melihat, tetapi tidak saling berbicara. Saling berlalu saja.


Bidadari dan orang-orang akhirat itu giginya kecil-kecil, halus-halus. Bibirnya merah-merah lebih merah daripada gincu. Kalau dibawa satu ke dunia, bisa-bisa disembah orang. Kita lihat misalnya mereka makan buah. Kelihatan makanan itu semuanya dari waktu ditelan sampai makanan itu berjalan di badannya. Mengapa begitu? Karena sudah bertubuhkan cahaya. Jadi, orang-orang akhirat dan para bidadari suka bilang kalau gigi manusia dunia itu seperti kampak. Besar-besar.

Kalau melihat bangunan-bangunan rumah, bisa terheran-heran. Masak di dalam rumah bisa ada gunung?! Siapa arsiteknya? Benar-benar rumah-rumah di sana besar-besar. Model istana, tapi penghuninya satu dua orang saja. Di sana tidak ada rumah tipe-36, tipe-45, dsb. Di sana rumah besar-besar semua.



Setelah melewati padang ini, kita memasuki suatu alam. Kami istilahkan itu "alam cendol", karena banyak benda beterbangan hijau seperti cendol. Kalau kena ke badan, benda itu luruh mencair begitu saja. Seperti cendol. Setelah alam ini, masuk lagi ke alam yang segar. Cuacanya pun menyegarkan, seperti cuaca dekat magrib.

Setelah alam ini, keadaannya agak gerah saja. Seperti panas pukul 9 pagi di khatulistiwa. Sebenarnya ini pengaruh hawa-hawa neraka, makanya gerah. Di padang yang gerah itu ada dua jalur jalan-lewat. Seperti kedudukan dalam shalat, lelaki jalur kanan, perempuan jalur kiri. Dilihat tidak ada Islam, kafir semua. Kebanyakan digiring untuk kayu bakar neraka.

Lepas dari alam itu, berjalan lagi. Sampai di suatu alam penuh nikmat. Apa saja kita lihat di alam itu menimbulkan nikmat. Makin jauh berjalan, masuk ke satu wilayah. Di alam ini bukan lagi nikmat yang kita rasakan, melainkan nikmat terlebih nikmat daripada alam sebelumnya tadi.

Selanjutnya ada satu padang yang isinya uang melulu. Uang berbagai zaman ada di situ semua.  Setelah itu sampai di suatu padang yang khusus isinya tulang-belulang manusia saja. Kemudian di situ bertemu dengan Malaikat bernama Yu _ s _ l _ _ n a. Kami tanya pada malaikat itu, "Tempat belulang semua ini tentang keadaan manusia?" Dia jawab, "Jalan terus saja kamu, nanti kamu tahu keadaannya."

Setelah berjalan lagi, melihat malaikat sedang membersihkan tulang-belulang manusia [seperti orang yang sedang melemparkan sampah pakai sekop ke atas truk]. Kata Malaikat Yu _ s _ l _ _ n a, "Dengarkan apa yang disebut-sebut malaikat petugas itu."

Malaikat petugas itu bekerja sambil mengomel, "Apalah payahnya... kenapa selagi hidup tidak mau memandang diri kamu yang putih."

Bukan putih kapur-putih tulang, yang indah dan cantik adalah putih kapas. Jangan dikhayal-khayalkan, nanti timbul ilusi. Kosong itu putih yang tidak berwarna. Itulah juga mengapa manusia mati dibalut dengan kapas putih [kain kafan].

Maka derajat yang paling tinggi di akhirat adalah yang putih, bukan yang hijau. Pantas Rasulullah Saw. suka pakai baju putih. Cobalah lihat orang mati dibungkus kain putih. Padahal kain hitam itu kain juga, kain yang berwarna-warni kain juga. Mengapa musti dengan kain putih? Tentulah ada makna yang dalam di situ.

Kalau sudah dapat pengalaman-pengalaman ini, mana ada khawatir lagi menghadapi mati. Karena sudah tahu caranya mati. Tidak akan goncang jiwa karena kita sudah pakai diri yang tidak bertulang, tidak berdaging, tidak makan-minum, tidak ber-ibu-bapak, yang hidup tidak dengan nyawa lagi. Insan itu diciptakan atas rupa Allah. Pakailah fitrah manusia ini.


Ada juga satu kampung, nama kampungnya M _ _ e _ _ _ h. Di sinilah terdengar zikir mahabbah. Malaikatul A_ _ _ s yang tunjukan. Inilah cara manusia melampiaskan rasa mahabbah pada Nabi Muhammad Rasulullah saw.



Inilah hasilnya tidur hakiki. Mau ke mana saja bisa. Waktu tidur, satukan saja ingatan dan perasaan. Jadi tidur hakiki itu menyatukan ingatan dan perasaan. Inilah tidur tafakur-hakiki. Cobalah tiap malam, kalau dilakukan tiap malam, mustahil tidak dapat. Rasulullah 'kan sudah mengajarkan cara tidur. Bagaimana cara Rasulullah mengajarkan tidur itu?

Coba lihat bayi itu tidur saja kerjanya karena yang dinamakan tidur itu nikmat. Kalau kita pandai tidur, kenikmatanlah yang kita dapat. Jangan cari mati nikmat saja, tidur nikmat pun perlu dicari. Karena tidur ini kakak-beradik mati. Pandai tidur, berarti pandai mati kelak. Kalau tidur dalam keadaan gelisah terus, matinya pun gelisah. Mengapa orang tidak mau berlatih mati dalam tidur?


Kalau sudah dapat pengalaman hakiki yang seperti ini, kita duduk dan teringat surga selama 5 menit saja, wajib mandi hadats besar. Mengapa wajib mandi hadats besar? Karena nikmatnya lebih daripada berjima'. Ini bukan mimpi, bukan halusinasi. Ini benar-benar perjalanan sunnah Rasulullah Saw.



Syaikh Siradj
"Menapaktilasi perjalanan Rasulullah itu sunnah."






CATATAN:
Abah Sirad mendiktekan tulisan ini dini hari sekira pukul 1 malam Ketika itu terjadi dialog saya dengan Abah berikut ini.

Abah Sirad:
"Sebenarnya ini tidak boleh diceritakan, tapi sudah telanjur terlontar. Ya lanjut saja."

Mux:
"Ya, Guru! Tak apa. Toh Allah juga yang berkehendak ini tiba-tiba jadi topik bahasan kita. Allah sendiri yang bikin aturan, tentu hanya Allah juga yang berhak melanggar aturan main-Nya. Lagi pula kisah perjalanan ini bisa jadi tamparan keras bagi muslim bodoh di luar sana yang sudah terpesona dengan amalan-amalan kejawen seperti meraga sukma dan lain-lain itu. Biar mereka tahu, yang selama ini mereka lakukan itu, sudahlah tidak berguna, tergolong sesat pula karena sudah tak sadar mengikuti langkah-langkah orang kafir.

Juga, kita lihat di akhir zaman ini kemaksiatan sudah dipertunjukkan tanpa malu-malu lagi. Lihat kasus-kasus korupsi kaum elite negeri ini, skandal-skandal seks pejabat negara, ulama-ulama klenik-mistik, yang juga terjadi pada seniman musik dan film kita. 


Maksiat saja sudah menari-nari dengan percaya diri di televisi, mengapa kebenaran hakiki tidak boleh dimunculkan juga?! Tidak ada alasan lagi. InsyaAllah, mungkin sekaranglah waktunya kita tampilkan pada umat agar umat tahu dan semakin cinta dengan agamanya sendiri dan mau mulai membuka diri untuk mengenal Allah, Rasulullah, dan diri mereka dengan sebenar-benarnya.

Kalau ada orang tanya kesesuaiannya dengan tarikh syiar Islam oleh Nabi Muhammad Rasulullah Saw. kita suruh saja mereka cari dan buka
Kitab 1000 Masalah: Soal-Jawab Rasulullah dengan Abdullah ibnu Salam, Pendeta Yahudi dari Khaibar. Di situ Rasulullah Saw. cerita banyak soal perjalanan hakiki semodel ini.[Abah pun mengangguk setuju dengan argumentasi saya itu. Alhamdulilah. Semoga ini bermanfaat bagi kita semua dunia-akhirat. Aaamiin.]

Tausyiah Abah Sirad malam itu disaksikan juga oleh beberapa punggawa Pemuda Tauhid Pusaka Madinah, yaitu Rangga, Zaki, Ma'el, Lukman, Jojo, Ekki, Agung, Hafis, Waridat, dan Mudani. Sementara sisanya yang waktu itu "tewas" ketiduran: Ari, Bambang, Idul, dan Andi, tapi paginya mereka minta diceritaain sama Abah lagi. [Tega-teganya ngerjain orang tua tuh mereka! >:( wkwkwkw! xD ]

.


No comments:

Post a Comment